Selasa, 17 Februari 2009

Mahatma Gandhi

Mohandas Karamchand Gandhi lahir pada tahun 1869. Ia lahir di Gujarat, India dan tinggal beberapa tahun di Inggris dan Afrika Selatan. Ia kembali ke India dari Afrika Selatan untuk bergabung dengan Gerakan Pembebasan menentang penguasa Inggris.

Gandhi merupakan seorang yang sangat menghayati kehidupan yang ia jalani. Di setiap kesempatan, ia selalu mencari jawaban atas banyak pertanyaan-pertanyaan dalam berbagai bidang. Ia menjudulkan autobiografinya dengan "Pengalamanku tentang Kebenaran". Nyatanya, sepanjang hidup ia habiskan untuk mencari kebenaran dan terus berusaha menemukan jawaban.

Ia mengawali karirnya sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan. Suatu ketika, dalam perjalanan di atas kereta api menuju Pretoria, Gandhi diminta meninggalkan kursi penumpang kelas satu yang ditumpanginya meskipun ia telah membayar tiketnya. Kondektur kereta yang berkulit putih itu dengan sinis mengatakan bahwa selain orang kulit putih tidak diperkenankan menempati kursi kelas utama. Tetapi Gandhi menolak dan bersikeras untuk tetap menempati kursi yang telah dibayarnya itu. Karena penolakan ini, sang kondektur menurunkan Gandhi di sebuah stasiun kecil.

Konon, itulah salah satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk keadilan. Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidakadilan tanpa kekerasan. Semasa di Afrika Selatan Gandhi mulai mengembangkan idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan dan mengajarkan orang-orang India yang hidup di sana bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan yang mereka alami. Metode yang disebut juga sebagai perlawanan pasif atau anti-bekerjasama dengan mereka yang melakukan ketidakadilan. Gandhi yakin, dengan menolak bekerjasama, si oknum akhirnya akan menyadari kesalahannya dan kemudian menghentikan sikap tak adilnya.

Gandhi berhasil dalam berbagai usaha yang dilakukannya di Afrika Selatan. Namun, tiba juga saatnya ia mesti kembali ke India yang sedang marak oleh berbagai Gerakan Pembebasan dari Penguasa Inggris. Ia merasakan sudah menjadi kewajibannya untuk bergabung dan berkontribusi untuk sebuah cita-cita "India Merdeka". Gandhi meminta kepada pengikutnya di India untuk melaksanakan ajaran-ajaran Ahimsa dan menunjukkan betapa ajaran tersebut dapat menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan India.

Sementara Pergerakan terus berlangsung, Gandhi tetap melanjutkan pencarian akan kebenaran dan merancang strategi yang sesuai untuk menghadapi musuh. Ia menyebutnya Satyagraha - Penegakan Kebenaran. Gandhi yakin bahwa dengan melihat penderitaan seseorang yang menegakkan kebenaran akan memberi pengaruh dan akan menyentuh nurani musuh. Satyagraha kemudian dijalankan secara luas dan efektif dalam perjuangan kemerdekaan. Perjuangan ini akhirnya mencapai satu titik dimana Inggris tak sanggup bertahan menentang ribuan masa rakyat yang menetangnya, aksi damai yang menuntut kemerdekaan. Gandhi yakin kepada setiap usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh mereka yang dibimbing langsung olehnya dalam menjalankan Satyagraha, dan karena ajaran dan pelatihan Satyagraha inilah perjuangannya membawa hasil.

Gandhi masih berkesempatan menyaksikan India merdeka dari penjajahan Inggris, namun ia amat sedih menyaksikan pertikaian antara Muslim dan Hindus, juga kepada ribuan rakyat yang menjadi korban Pemisahan India-Pakistan. Keyakinannya atas Persaudaraan Umat Manusia (The Brotherhood of Man) tetap tak tergoyahkan walaupun India kini terpisah menjadi India dengan kelompok mayoritas Hindu sekular, dan Pakistan dengan masyarakatnya yang mayoritas Muslim, yang kemudian juga terbagi menjadi Pakistan Timur dan Pakistan Barat. Di akhir hayatnya Gandhi berduka karena ajaran Satyagraha–nya tak mampu mencegah kebencian antara Hindus dan Muslim yang berakibat terbelahnya India. Tahun 1948, Gandhi tewas terbunuh di rumah ibadah oleh seorang Hindu fanatik yang tak setuju dengan paham The Brotherhood of Man yang dipimpinnya.
(The Biography Institute)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar